MINGGU,30 MARET 2025 KALENDER GEREJAWI: MINGGU SENGSARA KE-V PEMBACAAN ALKITAB: MATIUS 26;47-56 TEMA
PENDAHULUAN
Bapak/Ibu. Saudara/i Yang Tuhan Yesus Kasihi, Shalom dan Selamat.... hari ini kita berada pada minggu kesengsaraan Tuhan Yesus yang ke lima dan kita hendak belajar dari satu bagian Firman Tuhan dari Injil Matius 26: 47-57 dengan perikop Yesus di Tangkap,perikop yang sama juga ada di tulis dalam injil , Markus,Lukas dan Yohanes.
Injil Matius diyakini ditulis oleh Matius, seorang mantan pemungut cukai yang menjadi salah satu dari dua belas rasul Yesus. Matius disebut juga sebagai Lewi dalam beberapa bagian lain dalam Alkitab. Sebagai seorang pemungut cukai, Matius memiliki latar belakang yang baik dalam menulis dan mencatat semua kisah Yesus, yang menjadi kelebihannya dalam menyusun Injil ini.
Injil Matius ditujukan kepada orang-orang Yahudi, khususnya mereka yang telah mengenal ajaran Yahudi dan sedang mencari Mesias yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Matius berusaha menunjukkan kepada mereka bahwa Yesus adalah Mesias yang telah lama dinantikan, sesuai dengan nubuat-nubuat dalam Kitab Suci Yahudi. Oleh karena itu, Injil Matius sangat banyak mengutip nubuat-nubuat Perjanjian Lama untuk membuktikan bahwa Yesus adalah penggenapan dari nubuat tersebut.
Injil Matius kemungkinan besar ditulis antara tahun 70 hingga 85 M, setelah kehancuran Bait Suci di Yerusalem pada tahun 70 M oleh tentara Romawi. Kehancuran Bait Suci ini membawa dampak besar bagi umat Yahudi, dan banyak orang yang mulai melihat agama Kristen sebagai jalan alternatif untuk memahami penggenapan janji-janji Tuhan.
Matius menulis Injil ini dalam konteks gereja Kristen yang masih sangat berkembang di kalangan orang Yahudi dan mulai berinteraksi dengan orang-orang non-Yahudi (Gentil). Suasana saat itu bisa dikatakan cukup penuh tantangan, di mana orang Kristen mulai menghadapi penganiayaan dari pihak Romawi maupun dari pemimpin-pemimpin agama Yahudi yang menolak ajaran Yesus.
Pada Injil Matius 26, kita menemukan narasi penting yang menggambarkan peristiwa-peristiwa akhir hidup Yesus, seperti perjamuan malam terakhir (Perjamuan Kudus), pengkhianatan Yudas, doa Yesus di Taman Getsemani, penangkapan Yesus, dan peradilan-Nya di hadapan imam-imam kepala dan pemerintah Romawi, Pontius Pilatus. Injil Matius 26 mengarah pada penyaliban Yesus, yang merupakan puncak dari misi penebusan dosa umat manusia melalui pengorbanan-Nya di kayu salib.
Secara keseluruhan, Injil Matius ingin menegaskan bahwa peristiwa-peristiwa ini adalah bagian dari rencana Allah yang sudah dinubuatkan sejak zaman Perjanjian Lama dan Yesus adalah pemenuhan dari semua janji tersebut.
PENJELASAN AYAT PERAYAT:
Selanjutnya mari kita ikuti penjelasan dan makna dari Injil Matius 26:47-56 :
Matius 26:47: Penjelasan: Yudas, salah satu dari dua belas rasul Yesus, datang dengan sekelompok orang yang dikirim oleh imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Israel untuk menangkap Yesus. Mereka datang dengan persenjataan, yaitu pedang dan tongkat, karena mereka menganggap Yesus sebagai ancaman yang perlu ditangkap dengan cara kekerasan. Makna: Ini menunjukkan bagaimana pihak otoritas Yahudi melihat Yesus sebagai ancaman dan siap menggunakan kekerasan untuk menangkap-Nya. Ini juga mengingatkan kita tentang pengkhianatan yang dilakukan Yudas yang datang bersama dengan orang banyak untuk menyerahkan Yesus.
Matius 26:48-49: Penjelasan: Yudas memberi tanda kepada orang banyak yang mengikutinya dengan mencium Yesus. Ciuman ini adalah tanda untuk menunjukkan siapa Yesus, meskipun itu adalah tanda pengkhianatan yang sangat dalam, mengingat ciuman biasanya digunakan sebagai tanda kasih sayang. Yudas menggunakan ciuman untuk menyerahkan Guru-Nya. Makna: Ciuman Yudas menonjolkan pengkhianatan yang sangat besar, karena ia menggunakan tindakan yang seharusnya penuh kasih dan penghormatan untuk mengkhianati Yesus. Ini mengajarkan kita bahwa pengkhianatan bisa datang dalam bentuk yang paling tidak terduga dan bahkan melalui tindakan yang tampaknya baik.
Matius 26:50: Penjelasan: Yesus menyebut Yudas "sahabat," meskipun Yudas baru saja mengkhianati-Nya. Ini menunjukkan sikap penuh kasih dan pengertian Yesus meskipun Ia tahu pengkhianatan yang dilakukan oleh Yudas. Setelah itu, orang-orang yang bersama Yudas maju untuk menangkap Yesus. Makna: Yesus menunjukkan sikap penuh kasih dan pengampunan, meskipun Dia tahu bahwa Yudas mengkhianati-Nya. Hal ini mengajarkan kita tentang pentingnya bersikap penuh kasih, bahkan terhadap orang yang telah mengkhianati kita. Yesus tidak membalas dendam, melainkan menerima takdir-Nya.
Matius 26:51-52: Penjelasan: Salah satu murid Yesus (yang tidak disebutkan namanya) mencabut pedangnya dan menyerang seorang hamba imam besar, memotong telinga kanannya. Yesus menegur tindakan itu dan berkata bahwa siapa pun yang menggunakan pedang akan mati oleh pedang, mengingatkan bahwa kekerasan bukanlah solusi. Makna: Yesus menegur penggunaan kekerasan, yang mencerminkan pengajaran-Nya tentang perdamaian dan pengendalian diri. Ini juga mengingatkan kita bahwa dalam menghadapi penderitaan atau ketidakadilan, kekerasan bukanlah jawaban. Yesus menunjukkan bahwa Dia lebih memilih untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang penuh pengertian dan kasih.
Matius 26:53-54 : Penjelasan: Yesus mengingatkan bahwa Dia bisa saja memanggil bantuan dari malaikat untuk membela-Nya, tetapi Dia memilih untuk tidak melakukannya karena segala peristiwa ini harus digenapi sesuai dengan kehendak Allah. Yesus tahu bahwa penderitaan-Nya adalah bagian dari rencana keselamatan Allah yang telah dinubuatkan. Makna: Ini menunjukkan bahwa Yesus, meskipun memiliki kuasa untuk membela diri, memilih untuk menjalani penderitaan-Nya demi menggenapi kehendak Allah. Yesus menunjukkan teladan ketaatan yang sempurna kepada Tuhan, bahkan ketika menghadapi penderitaan yang sangat berat. Ini mengajarkan kita untuk percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita adalah bagian dari rencana Tuhan, dan kita harus taat pada-Nya.
Matius 26:55: Penjelasan: Yesus menegur cara orang banyak menangkap-Nya seolah-olah Dia adalah seorang penjahat, padahal Dia sering mengajar di Bait Allah tanpa ada yang menangkap-Nya. Yesus menunjukkan bahwa peristiwa penangkapan ini adalah bagian dari penggenapan nubuat yang ada dalam kitab para nabi. Makna: Yesus menegaskan bahwa pengkhianatan dan penangkapan-Nya adalah bagian dari rencana Allah yang sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Ini menunjukkan bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup Yesus adalah bagian dari takdir yang lebih besar yang telah ditetapkan oleh Allah, menggenapi rencana keselamatan.
Matius 26:56: Penjelasan: Ketika Yesus ditangkap, semua murid-Nya, yang seharusnya setia mengikuti-Nya, melarikan diri untuk menghindari bahaya. Ini menunjukkan ketakutan dan kelemahan manusia dalam menghadapi penganiayaan. Makna: Ayat ini mengingatkan kita bahwa bahkan murid-murid terdekat Yesus pun tidak siap menghadapi ujian besar dan meninggalkan-Nya. Ini menunjukkan sisi kemanusiaan mereka yang rapuh, tetapi juga memperlihatkan bagaimana Yesus tetap menjalani takdir-Nya dengan kesendirian dan penderitaan.
PESAN PENTING BUAT JEMAAT DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI:
Tema "Ciuman Maut" dalam Injil Matius 26:47-56 membawa makna yang dalam dan penting, karena mencerminkan pengkhianatan besar yang terjadi antara Yudas dan Yesus. Apa pesan penting dari tema ini:
1. Pengkhianatan dalam Bentuk yang Paling Menyakiti
Ciuman adalah tanda kasih sayang, persahabatan, dan penghormatan dalam budaya Yahudi pada masa itu. Namun, dalam Matius 26:47-49, Yudas menggunakan ciuman untuk menyerahkan Yesus kepada orang-orang yang ingin menangkap-Nya. Ini adalah bentuk pengkhianatan yang sangat dalam dan tragis, karena Yudas memanfaatkan tanda yang seharusnya penuh kasih dan kehangatan untuk mengkhianati gurunya, teman dekatnya, dan Sang Mesias.
Pesan penting: Ciuman maut menggambarkan betapa besar kesalahan dan pengkhianatan yang dapat terjadi ketika seseorang yang dekat dengan kita, yang seharusnya menunjukkan kesetiaan, malah berbalik melawan kita. Ini mengingatkan kita bahwa pengkhianatan bisa datang dalam bentuk yang tidak terduga, bahkan dari orang yang kita percayai sepenuhnya sekalipun.
2. Ciuman sebagai Simbol Dosa dan Kehancuran
Ciuman, dalam konteks ini, menjadi simbol dari kejatuhan moral dan penyimpangan dari kebenaran. Yudas, seorang rasul yang dipilih oleh Yesus, menggunakan ciuman sebagai tanda untuk menjual-Nya dengan harga yang sangat murah. Ini menunjukkan bagaimana tindakan kecil yang tampaknya biasa atau penuh kasih (seperti ciuman) dapat menjadi sarana untuk membawa kehancuran dan dosa.
Pesan penting: Tema ciuman maut mengajarkan kita tentang bahaya hipokrisi dan bagaimana penipuan dapat disamarkan dengan tindakan yang tampaknya penuh kasih atau tidak berbahaya. Ini mengingatkan kita untuk lebih berhati-hati dalam menilai tindakan orang lain dan memastikan bahwa kita tidak jatuh ke dalam godaan untuk mengkhianati atau menipu.
3. Yesus Menghadapi Pengkhianatan dengan Kedamaian
Ketika Yudas mendekat dan mencium-Nya, Yesus menyambutnya dengan kata-kata "Hai sahabat, untuk itukah engkau datang?" (Matius 26:50). Yesus tidak membalas dengan kekerasan atau kebencian, tetapi menerima pengkhianatan itu dengan hati yang penuh pengertian dan kedamaian.
Pesan penting: Yesus memberi contoh bagaimana menghadapi pengkhianatan dan rasa sakit dengan kedamaian dan pengampunan. Dia tidak membalas dendam, tetapi memilih untuk tetap taat kepada kehendak Allah. Ini mengajarkan kita untuk menghadapi pengkhianatan atau perasaan terluka dengan kasih dan pengampunan, bukan dengan kebencian atau balas dendam.
4. Ciuman Maut Sebagai Alat untuk Menggenapi Nubuat Allah
Dalam Injil Matius, Yesus menyebutkan bahwa semua yang terjadi, termasuk pengkhianatan Yudas dan penangkapan-Nya, adalah bagian dari rencana Allah yang lebih besar (Matius 26:56). Pengkhianatan ini tidak terjadi begitu saja, melainkan sebagai bagian dari penggenapan nubuat dan takdir yang telah ditetapkan oleh Tuhan.
Pesan penting: Tema ciuman maut mengingatkan kita bahwa meskipun pengkhianatan itu sangat menyakitkan, itu adalah bagian dari rencana Allah yang lebih besar untuk menyelamatkan umat manusia. Ini memberi kita penghiburan bahwa segala sesuatu yang terjadi, meskipun tampak buruk atau tidak adil, ada dalam kendali Tuhan dan bagian dari rencana-Nya yang lebih besar.
5. Ketidaksetiaan Manusia terhadap Kasih dan Kebenaran
Pengkhianatan Yudas melalui ciuman juga menunjukkan bahwa meskipun Yesus mengajarkan kasih yang tak bersyarat dan memberi segalanya untuk umat manusia, tidak semua orang menerima atau menghargai kasih itu. Bahkan mereka yang paling dekat dengan-Nya bisa berbalik dan mengkhianati-Nya.
Pesan penting: Tema ciuman maut mengajarkan kita untuk memeriksa kesetiaan kita terhadap Yesus dan kasih-Nya. Ini juga merupakan peringatan agar kita tidak terjebak dalam dunia yang penuh dengan godaan dan tidak menjadi seperti Yudas yang memilih jalan pengkhianatan. Amin.