MINGGU, 6 APRIL 2025 KALENDER GEREJAWI: MINGGU SENGSARA VI
PEMBACAAN ALKITAB : MATIUS 26 : 57-68
TEMA : MENGHADAPI KETIDAK ADILAN DENGAN BIJAK
OLEH. PDT NELSON KAPITARAU, S.TH, MM
PENDAHULUAN
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus,
Pada Minggu Sengsara yang ke-6 ini, kita diajak untuk memasuki sebuah momen penting dalam perjalanan iman kita, yaitu mengingat saat-saat terakhir Yesus sebelum Ia dijatuhi hukuman mati. Dalam bagian dari Injil Matius 26:57-68, kita akan melihat bagaimana Yesus menghadapi pengadilan yang tidak adil, bagaimana Dia dihina dan disiksa, dan bagaimana Dia memilih untuk menghadapinya dengan kebijaksanaan yang luar biasa.
Pada waktu itu, Yesus, yang tidak bersalah, dihadapkan pada tuduhan palsu. Ia dibawa ke hadapan imam besar Kayafas dan Mahkamah Agama Yahudi dengan tujuan untuk menghukum-Nya. Para pemimpin agama berusaha mencari cara untuk menjatuhkan hukuman mati kepada Yesus, meskipun mereka tidak menemukan bukti yang kuat. Namun, Yesus tetap tenang, tidak membela diri, dan tetap berpegang pada kebenaran yang ada dalam diri-Nya. Ini adalah contoh luar biasa tentang bagaimana kita seharusnya menghadapi ketidakadilan dalam hidup kita.
Saudara-saudari, sering kali kita juga dihadapkan pada situasi ketidakadilan dalam hidup kita—baik itu dalam pekerjaan, dalam hubungan sosial, atau bahkan dalam keluarga. Kita sering kali merasa diperlakukan tidak adil, dihina, atau dipersalahkan atas sesuatu yang bukan kesalahan kita. Dalam momen-momen seperti ini, apakah kita akan merespons dengan kemarahan, kebencian, atau keinginan untuk membalas? Ataukah kita akan mengikuti teladan Yesus yang memilih untuk menghadapi ketidakadilan dengan kebijaksanaan dan ketenangan hati?
Hari ini, mari kita merenungkan bersama-sama bagaimana kita bisa menghadapinya dengan bijaksana, mengikuti contoh Yesus yang menunjukkan kepada kita bahwa dalam menghadapi ketidakadilan, kita bisa tetap teguh dalam kebenaran, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, dan mempercayakan pembalasan kepada Tuhan.
Mari kita membuka hati dan pikiran kita untuk mendengarkan firman Tuhan yang akan dibaca dari Matius 26:57-68. Semoga melalui firman ini, kita diberikan hikmat dan pengertian tentang bagaimana kita bisa hidup sesuai dengan kehendak Tuhan, bahkan dalam situasi yang sulit sekalipun.
PENJELASAN TEKS :
Mari kita lihat penjelasan Injil Matius 26:57-68 secara mendalam untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang konteks dan pesan yang terdapat dalam teks ini.
1. Matius 26:57 - Penangkapan Yesus: Ayat ini menunjukkan bahwa Yesus ditangkap dan dibawa oleh para pengawal ke rumah Imam Besar Kayafas. Ini adalah langkah pertama dari serangkaian peristiwa yang akan berujung pada penyaliban Yesus. Imam Besar Kayafas adalah tokoh utama dalam Mahkamah Agama Yahudi yang memiliki peran penting dalam mengadili perkara-perkara agama. Ayat ini menunjukkan langkah pertama dari persekongkolan agama untuk menghukum mati Yesus, yang dianggap sebagai ancaman terhadap otoritas agama mereka.
2. Matius 26:58 - Petrus Mengikuti dari Jauh: Di sini, Petrus mengikuti Yesus dari jauh setelah penangkapan-Nya. Meskipun Petrus adalah salah satu murid terdekat Yesus, ia merasa takut dan tidak ingin terlalu tampak dekat dengan Yesus yang sedang ditangkap. Ini menunjukkan ketakutan dan keraguan yang mulai merayapi Petrus, yang nantinya akan mengarah pada penyangkalan Petrus terhadap Yesus (yang akan terjadi dalam ayat-ayat berikutnya). Namun, meskipun dari jauh, Petrus masih berusaha untuk mengetahui apa yang akan terjadi dengan Yesus.
3. Matius 26:59-61 - Tuduhan Palsu terhadap Yesus: Di sini, kita melihat bahwa para pemimpin agama Yahudi yang tidak suka dengan Yesus berusaha untuk mencari bukti yang dapat mengutuk-Nya. Mereka mencari saksi palsu untuk mengajukan tuduhan terhadap-Nya. Namun, mereka tidak bisa menemukan kesaksian yang konsisten. Ayat ini juga memperlihatkan betapa mereka sangat terganggu dengan ajaran Yesus dan berusaha mencari cara untuk menghancurkan-Nya. Tuduhan yang diajukan oleh saksi palsu ini adalah bahwa Yesus pernah berkata akan meruntuhkan Bait Allah dan mendirikannya dalam tiga hari. Ini adalah penafsiran yang salah dari pernyataan Yesus sebelumnya mengenai tubuh-Nya sebagai bait Allah yang akan dihancurkan dan dibangkitkan dalam tiga hari (Yohanes 2:19). Namun, mereka memutarbalikkan kata-kata Yesus untuk membingungkan dan menyerang-Nya.
4. Matius 26:62-64 - Jawaban Yesus: Imam besar Kayafas, setelah tidak mendapat jawaban yang memadai dari saksi-saksi palsu, langsung bertanya kepada Yesus secara langsung: "Apakah Engkau Mesias, Anak Allah?" Ini adalah pertanyaan yang sangat penting karena jawaban Yesus akan menentukan nasib-Nya. Yesus memberikan jawaban yang jelas dan tegas, dengan mengatakan bahwa Yesus adalah "Anak Manusia yang duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa." Pernyataan ini mengacu pada nubuat dalam Daniel 7:13-14 tentang seorang yang akan datang dengan kuasa ilahi. Dengan kata lain, Yesus menyatakan bahwa Dia adalah Mesias yang dijanjikan, yang memiliki kuasa ilahi dan otoritas dari Allah. Jawaban ini adalah pengakuan yang sangat kontroversial karena berarti Yesus mengklaim memiliki hak dan kedudukan sebagai Mesias, yang membuat para pemimpin agama Yahudi merasa terancam.
5. Matius 26:65-66 - Pernyataan Hukuman: Kayafas merobek pakaiannya, sebuah tindakan simbolik yang menunjukkan penghinaan dan kutukan terhadap klaim Yesus sebagai Mesias dan Anak Allah. Dalam tradisi Yahudi, merobek pakaian merupakan tanda besar penyesalan atau kemarahan, dan ini menunjukkan bahwa Kayafas menganggap pernyataan Yesus sebagai penghujatan. Mereka menganggap bahwa klaim Yesus untuk menjadi Anak Allah adalah penistaan terhadap Allah, sehingga mereka memutuskan bahwa Yesus layak dihukum mati.
6. Matius 26:67-68 - Penyiksaan Yesus: Setelah pengadilan yang tidak adil itu, Yesus dihina dan disiksa oleh para penjaga. Mereka meludah wajah-Nya, memukul-Nya, dan menampar-Nya sambil mengolok-olok Dia. Mereka memanggil-Nya "Mesias," tetapi mereka tidak percaya kepada-Nya sebagai Mesias. Sebaliknya, mereka menggunakan gelar tersebut untuk menghina-Nya lebih lanjut. Ini adalah bagian dari penderitaan fisik dan psikologis yang harus dialami Yesus sebagai bagian dari rencana keselamatan Allah.
PENERAPAN DALAM KEHIDUPAN JEMAAT :
Pada Minggu Sengsara Tuhan Yesus yang ke-6, dengan tema khotbah "Menghadapi Ketidakadilan dengan Bijak", Injil Matius 26:57-68 memberikan banyak pelajaran penting bagi jemaat, khususnya dalam menghadapi ketidakadilan yang mungkin terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks ini, kita dapat melihat bagaimana Yesus menghadapi ketidakadilan yang sangat besar dengan sikap yang penuh hikmat dan ketenangan.
1. Menghadapi Ketidakadilan dengan Keteguhan dalam Kebenaran (Ayat 57-64): Dalam bagian awal Matius 26:57-64, Yesus dihadapkan pada pengadilan yang penuh ketidakadilan. Ia dituduh dengan kesaksian palsu oleh orang-orang yang tidak jujur. Imam besar Kayafas bertanya kepada-Nya tentang apakah Dia adalah Mesias, Anak Allah. Yesus, meskipun tahu bahwa jawaban-Nya akan membawa konsekuensi besar, tetap teguh dan tidak ragu menjawab dengan kebenaran: "Engkau telah mengatakannya" (ayat 64). Pesan bagi jemaat: Ketika kita dihadapkan pada ketidakadilan, kita harus tetap berpegang pada kebenaran meskipun itu bisa berisiko atau sulit. Yesus memberi contoh bagaimana kita dapat berdiri teguh dalam iman dan kebenaran, bahkan dalam situasi yang tampaknya sangat menantang. Keteguhan kita dalam kebenaran adalah bentuk pengabdian kepada Allah, dan meskipun mungkin tidak mudah, kita diingatkan bahwa pada akhirnya Allah akan membenarkan kita.
2. Tidak Membalas dengan Kekerasan, Namun Menyerahkan kepada Tuhan (Ayat 65-68): Setelah Yesus mengakui bahwa Dia adalah Mesias, Imam Besar Kayafas merobek pakaiannya sebagai tanda penghinaan terhadap Yesus, dan para pemimpin agama memutuskan bahwa Yesus layak dihukum mati (ayat 65-66). Mereka kemudian mulai menghina dan menyiksa Yesus dengan meludah wajah-Nya, memukul, dan menampar-Nya (ayat 67-68). Namun, meskipun dihina dengan sangat kejam, Yesus tidak membalas dengan kekerasan, tetapi tetap diam dan menerima penderitaan-Nya. Pesan bagi jemaat: Dalam menghadapi ketidakadilan, kita dipanggil untuk meniru sikap Yesus yang tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Seringkali dalam kehidupan kita, kita cenderung merasa ingin membalas perlakuan buruk dengan cara yang sama, namun Yesus mengajarkan kita untuk menyerahkan pembalasan kepada Tuhan dan tetap hidup dalam kasih. Kita tidak harus membalas penghinaan atau ketidakadilan dengan kekerasan atau kemarahan, tetapi dengan ketenangan hati dan keyakinan bahwa Tuhan akan membela kita.
3. Menghadapi Ketidakadilan dengan Kedamaian Hati dan Kepercayaan kepada Allah (Ayat 64): Di tengah situasi yang penuh tekanan, Yesus dengan tegas menyatakan bahwa mereka akan melihat "Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa" dan "datang di atas awan-awan langit" (ayat 64). Ini adalah pernyataan bahwa meskipun saat itu Yesus sedang dihina dan dituduh, Ia percaya bahwa Allah tetap berdaulat dan akan menggenapi rencana-Nya melalui penderitaan-Nya. Yesus menghadapinya dengan penuh kedamaian dan kepercayaan kepada Allah. Pesan bagi jemaat: Ketika kita menghadapi ketidakadilan, penting untuk tetap menjaga kedamaian hati dan penuh percaya bahwa Allah memiliki kontrol atas segala hal. Meskipun kita tidak selalu melihat keadilan di dunia ini, kita harus percaya bahwa Tuhan yang Maha Kuasa akan membenarkan segala sesuatu pada waktu-Nya. Sebagaimana Yesus memiliki pengharapan yang kuat dalam rencana Allah, kita juga diundang untuk tetap berpengharapan dan berpegang pada janji-Nya.
4. Kesadaran akan Penderitaan yang Berarti (Ayat 64-68): Yesus tahu bahwa jalan penderitaan yang harus Ia tempuh adalah jalan yang berat, tetapi Ia juga tahu bahwa penderitaan-Nya memiliki tujuan yang lebih besar—yaitu keselamatan umat manusia. Yesus rela menghadapi ketidakadilan dan penderitaan karena Ia tahu itu adalah bagian dari rencana Allah yang lebih besar. Pesan bagi jemaat: Ketika kita menghadapi ketidakadilan, kita juga dapat melihatnya sebagai kesempatan untuk mengingat bahwa penderitaan kita tidak sia-sia jika kita mempercayakannya kepada Tuhan. Penderitaan sering kali menjadi jalan untuk pertumbuhan rohani kita dan bagi orang lain untuk melihat kasih dan kesabaran kita. Sebagaimana Yesus mengalami penderitaan yang mengarah pada keselamatan dunia, kita dapat menemukan makna dalam penderitaan kita dan mempercayakan segalanya kepada Tuhan.
Melalui kisah Yesus yang menghadapi ketidakadilan, jemaat diajak untuk tidak kehilangan harapan dan tetap hidup dengan bijak, dengan penuh kesabaran dan keyakinan bahwa Tuhan bekerja di balik setiap peristiwa, meskipun kita mungkin tidak selalu memahaminya dengan segera.Amin.